Pengguna
internet mana yang tak kenal Friendster di awal tahun 2000-an? Ya, dulu
jejaring sosial ini begitu populer. Namun ketika Facebook datang,
Friendster perlahan tenggelam, ditinggalkan para penggunanya.
Berkaca
dari kisah pilu Friendster tersebut, ada baiknya Facebook mempersiapkan
diri lebih baik lagi. Terlebih, saat ini layanan jejaring sosial di
internet sudah begitu banyak bermunculan, bak cendawan di musim hujan.
Mulai
dari yang berbasis lokasi, bermodel kicauan ala mikroblogging, hingga
yang menawarkan deretan foto-foto menarik ala Pinterest.
Facebook
boleh saja telah sukses menjadi situs jejaring paling mahal saat ini,
dengan valuasi senilai USD 104 miliar. Namun harus diingat, internet
begitu dinamis. Jika tak ada inovasi yang dapat memanjakan pengguna,
bisa-bisa malah ditinggalkan, kemudian tenggelam perlahan.
"Seperti Friendster
kan
ketika ada Facebook, semua hijrah ke Facebook," ujar pengamat telematika Heru Sutadi
Nah
,
sejarah inilah yang harusnya dapat menjadi pembelajaran oleh situs
besutan Mark Zuckerberg tersebut. IPO (Initial Public Offering) memang
telah membuat alur dana yang mengalir ke mereka kian deras, tetapi
tuntutan terhadap suatu inovasi yang '
wah
' tentu juga akan semakin kencang.
"PR
(pekerjaan rumah) Facebook tentunya adalah bagaimana mereka membuat apa
yang diinginkan pengguna. Lakukan survei apa yang pengguna inginkan
dari Facebook, dan apa yang mereka tidak suka," kata Heru.
"Selama ini kan Facebook selalu mengganti tampilan tanpa ada semacam survei ke pengguna lebih dulu," lanjutnya.
Faktor
krusial lainnya adalah jaminan privasi dan keamanan. Apalagi ada isu
bahwa pemerintah Amerika Serikat ingin mengambil data-data lalu lintas
dari sosial media untuk kepentingan mereka, yang tentu saja menjadi
ancaman privasi dan keamanan pengguna.
"Makanya,
sekarang secara umum memang masih Facebook yang teratas, tetapi di
kalangan pendahulu yang sudah mengakses Facebook sejak 4-5 tahun lalu,
sekarang sudah lebih aktif di Twitter,' Heru menambahkan.
"Tapi
memang Twitter tidak selengkap Facebook, sehingga jika ada 'mainan'
baru seperti Facebook dengan tambahan fasilitas baru, mungkin
orang-orang akan migrasi," ia menandaskan.
Facebook
sendiri telah melantai di Nasdaq pada Jumat (18/5/2012) kemarin. Namun
aksi penjualan saham perdana jejaring sosial ini tak seperti yang
digembar-gemborkan. Sempat melesat di awal, namun kembali melempem
ketika penutupan.
Saham
Facebook dijual perdana di angka USD 38. Sontak banyak yang melirik
saham ini sehingga harganya pun melonjak hingga di kisaran USD 45.
Sayang,
kenaikan ini tak bertahan lama karena berangsur-angsur nilai saham
Facebook justru balik kanan hampir menyentuh angka semula, dan ditutup
di angka USD 38,23 pada debutnya.
Sementara
sang pendahulunya, Friendster, kini telah berganti haluan. Seperti
diketahui, pada Desember 2009, Friendster sudah dilego kepada perusahaan
asal Malaysia bernama MOL Global.
Friendster
pun sudah menegaskan bahwa mereka bukan lagi cuma bermain di situs jejaring atau
head to head
dengan
Facebook. Namun, situs yang ketika jaya begitu identik dengan istilah
'testi' alias 'testimonial' itu ingin disebut sebagai situs
social discovery
dan
gaming platform
No comments:
Post a Comment